Tuesday, May 22, 2012

Boyband dan Girlband Cuma Jual Tampang?


Boyband dan girlband sebenarnya tidak sama dengan sebuah band yang ada pemain musik dan vokalisnya. Lalu apa? Mereka lebih identik dengan grup vokal yang bernyanyi bersama-sama tanpa memainkan alat musik. Umumnya, mereka tak sekadar menyanyi, tapi juga sambil menari (istilah kerennya sambil nge-dance). Menyanyi sambil menari dan diiringi oleh suara musik latar. Itulah ciri utama boyband maupun girlband, terutama jika mereka tampil di pentas.
Entah karena rata-rata anggotanya yang punya wajah rupawan (cantik atau tampan) dan suara mereka yang dianggap pas-pasan, kemudian timbullah anggapan miring kalau boyband atau girlband itu cuma jual tampang. Benarkah?
Jika Anda hanya mengacu pada 3 unsur utama musik, (yaitu suara, lagu, dan aransemen musiknya), maka anggapan/penilaian itu bisa benar. Katakanlah, ada sebuah grup band yang semua personilnya punya wajah rupawan (mulai dari para pemain musik hingga vokalisnya) dan ternyata kualitas aransemen musik mereka sangat buruk. Ditambah lagi, lagunya pun kurang bagus serta suara mereka kurang enak didengar saat bernyanyi.
Jika kondisinya seperti itu, saya setuju jika mereka layak dikatakan hanya jual tampang.
Sekali lagi, itu jika kita hanya mengacu pada unsur ARANSEMEN MUSIK, TINGKAT ‘EASY-LISTENING’ LAGU, serta SUARA VOKALISNYA.
Nah, kasusnya akan berbeda jika kita harus menilai sebuah boyband atau girlband. Kenapa beda? Mungkin ada yang bertanya begitu. Sudah saya jelaskan di awal tulisan ini, bahwa boyband maupun girlband itu beda dengan grup band atau bahkan penyanyi solo (terutama dari sisi konsep).
Oleh karena boyband dan girlband tidak memainkan alat musik, mereka harus mengoptimalkan atau meningkatkan value (nilai jual) di beberapa sisi lainnya. Mungkin tak jauh beda dengan penyanyi solo. Bedanya, penyanyi solo rata-rata cenderung lebih mengoptimalkan suara mereka. Sedangkan boyband/girlband? Benarkah mereka cuma jual tampang?
Saya akan mengacu pada sejumlah boyband terkenal dari barat, misalnya Backstreet BoysN’Sync,Westlife, dan Boyzone. Mereka memang rata-rata punya wajah rupawan (ganteng atau tampan). Tapi mereka tak cuma mengandalkan itu. Mereka juga punya lagu-lagu yang bagus atau enak untuk didengar. Contohnya Backstreet Boys. Jujur saja, saya adalah penggemar boyband tersebut, namun itu lebih karena lagu mereka yang asyik-asyik saat saya dengar di telinga saya. Entah itu dari sisi aransemen musiknya maupun beat-beatnya.
Selain itu, saya juga suka dengan koreografimereka, baik itu di video klip maupun saat mereka manggung. Suara mereka saat bernyanyi juga tidak jelek. Bahkan setiap personel punya karakter suara yang beda dan khas.
Artinya, Backstreet Boys tak cuma jual tampang. Mereka juga menjual aransemen musik yang bagus,beat-beat lagu yang menarik/asyik, koreografi yang keren, serta juga lirik-lirik lagu yang catchy. Sekali lagi, karena musik tak sebatas masalah aransemen dan kualitas suara penyanyinya. Unsur-unsur yang membangun musik sudah lebih luas. Musik sudah menjadi sebuah industri hiburan yang dikemas dalam paket atau packaging baru.

Contoh lain adalah girlband legendaris Spice Girls. Saya salah satu fans mereka karena banyak lagu mereka yang bagus menurut saya. Mulai dari Wannabe, 2 Become 1, Mama, dan sebagainya. Atau sejumlah girlband Korea (K-POP) seperti Girl’s Generation (SNSD), KARA, SISTAR, 4MINUTE, 2NE1, T-ARA, APINK, RAINBOW, MISS A, dan banyak lagi.
Mereka tak cuma jual tampang. Mereka juga menjual style (entah itu kostum atau cara berpakaian), koreografi yang menawan/unik/keren, aransemen musik yang asyik, lagu yang bagus, serta lirik-lirik lagu yang menarik. Contoh lain yaitu boyband SUPER JUNIOR yang baru-baru ini mengadakan konser di Jakarta selama 3 hari berturut-turut (sebuah rekor bagi mereka). Boyband tersebut pun tak cuma jual tampang. Mereka punya koreografi yang keren menurut saya. Lihat saja beberapa video klip mereka di Youtube, misalnya pada lagu Sorry-Sorry, Bonamana, hingga Mr.Simple. Lagu-lagu tersebut pun tergolong asyik buat saya.
Kini musik tak sebatas jualan suara atau sound. Dulu mungkin masih murni seperti itu. Namun perkembangan zaman dan teknologi membuat industri musik tak lagi sebatas mengandalkan sound. Kemasan musik sudah dipadukan dengan sejumlah unsur lain.
Apakah itu berarti ada penurunan kualitas musik?
Bagi saya tidak juga. Sah-sah saja mencampur musik dengan beberapa elemen seni lainnya, terutama seni tari (koreografi), style berpakaian, style dandanan, dan bahkan dengan penampilan fisik yang rupawan. Bagi yang kurang tertarik dengan seni tari atau style penampilan, mereka mungkin lebih suka menyaksikan penampilan para grup band maupun penyanyi solo. Atau cukup mendengarkan lagu-lagu mereka lewat kaset maupun CD.
Anda kenal Michael Jackson? Dia adalah salah satu contoh nyata penyanyi yang memadukan musik, suara, style, dan koreografi sekaligus secara sempurna.
Di sisi lain, musik zaman sekarang sudah banyak dicampuri oleh teknologi. Misalnya teknologi ala DJ yang mampu membuat aransemen musik dengan proses mixing. Tidak ada yang salah dari itu. Bagi saya sebagai penikmat musik, yang penting lagunya enak/asyik untuk didengarkan. Tak peduli dia mau pakai mixing ala DJ atau alat musik manual. Itu juga sebuah kreativitas yang tidak semua orang bisa melakukannya.
Contoh lain yaitu girlband Cherry Belle.
Saya suka lagu-lagu mereka yang bernuansa ceria dan beraura positif. Saya ngefans sama mereka bukan cuma karena masalah tampang, namun juga karena mereka punya ciri khas yang kuat, punya attitudeyang baik dan punya style/gaya tersendiri. Suara mereka juga tidak jelek. Kalau jelek, saya tidak akan mungkin bisa suka lagu-lagu mereka.
Tapi ada kan yang memang terkesan cuma jual tampang? Memang ada sih, tapi itu pun karena lagu mereka yang kurang bagus, sehingga percuma juga mereka punya tampang rupawan. Saya tak akan bisa menyukai kalau lagu-lagunya kurang asyik, walaupun (misalnya) tampang mereka cantik-cantik.
Jadi kesimpulannya, boyband dan girlband itu adalah bagian dari industri musik yang punya konsep berbeda, terutama dari grup band. Namun tujuan mereka sama, yaitu sama-sama untuk menghibur masyarakat penikmat musik. Mereka mungkin bukan seniman, namun pada dasarnya mereka adalah entertainer.